Menyikapi Duet Jokowi-Ryadmizard Riyacudu
Written By Unknown on Thursday, May 1, 2014 | 5/01/2014 08:48:00 PM
Muncul berita duet Jokowi - Ryamizard mengerucut jadi pasangan capres/cawapres dari PDIP. Bagaimana kita menyikapinya ? Tidak ada keraguan setitik pun terhadap sosok Ryamizard. Tapi, sulit memahami jika Presiden RI nanti adalah si glembuk Jokowi. Hancur minah
Siapa itu Jokowi ? Tak ada kenal 3 tahun lalu kecuali 525.000 penduduk Solo yang tertipu dengan pesona blusukannya, tapi gagal makmurkan Solo. Jokowi hadir, terpilih jadi walikota Solo ditengah- tengah frustasi rakyat Solo pada Walikota sebelumnya yang korup, arogan, feodal, brengsek.
Muncul sosok Jokowi, dia dinilai sebagai antitesa Walikota sebelumnya : baik, ramah, peduli, hobi blusukan, komunikatif dst . Tapi, kalau ditelisik lebih jauh tentang Jokowi, maka kita temukan fakta-fakta yang bertolak belakang degan citra dan opini yang dibangunnya.
Fakta 1. Jokowi tidak jelas asal usulnya. Siapa Bapak kandungnya saja masih merupakan rahasia dan misteri. Ada apa ini ? Aneh bin ajaib. Fakta-fakta: kinerja Jokowi sebagai Walikota Solo hanyalah rata-rata saja, jika tidak ingin kita sebut di bawah standar walikota sebagai mana mestinya
Fakta 3: Jokowi tidak efektif selaku walikota, juga sebagai Gubernur Jakarta. Kepala pemerintahan Solo dijalankan oleh Rudyatmo, wakilnya. Sama juga seperti di Jakarta, kepala pemerintahan dan birokrasi praktis hampir 90% dijalankan wagub Ahok dan Sekda. Jokowi kemana? Emboh
Fakta 4; Jokowo TIDAK berguna sama sekali bagi rakyat Jakarta, malah merugikan dan jadi beban rakyat, pemda dan APBD Jakarta. Kegiatan-kegiatan Pemda DKI yang menggunakan APBD DKI lebih banyak menguntungkan dan mendukung pencitraan Jokowi sebagai PRIBADI. Bukan u/ rakyat
Dalam istilah politik, kegiatan-kegiatan Jokowi adalah tindakan politik praktis yang dikemas program-program populis. Seolah-olah untuk rakyat. Padahal Tidak. Perilaku Jokowi yang koruptif ini sebenarnya sudah berlangsung lama, saat dia menggunakan anggaran pemda solo ketika bolak balik ke Jakarta. Tanpa rasa malu sungkan, Jokowi menipu rakyat solo, rakyat Jakarta, rakyat Indonesia, tuhannya dan dirinya sendiri dengan kampanye ESEMKA
Sekarang, kejahatan dan dosa serupa dilakukan Jokowi. Terbang kemana-mana, ke seluruh Indonesia, entah untuk apa, dijamin 100% pakai APBD DKI.
Fakta5: lihat kinerja Solo. Economic Growth tdk pernah >6%, tingkat kemiskinan,pengangguran,penyandang masalah-masalah sosial lainnya TERTINGGI.
Fakta 6: lihat kinerja Jakarta. Baru pertama sekali dalam sejarah DKI Jakarta, penyerapan APBD DKI di bawah 80%. Programprogram mandek. Gagal
Fakta 7: baru pertama kali dalam sejarah..jumlah warga miskin DKI. Jakarta meningkat ! Jumlah PNS DKI yang jadi TSK meningkat 800% ! Edan
Fakta 8: silahkan tanya pada saudara, teman, ortu atau siapa saja PNS Pemda DKI. Tanyakan bagaimana tingkat korupsi di pemda saat ini. Naik! Banyak fakta lain, enggan mengungkapkannya. Sudah kami prediksi sejak Jokowi si glembuk itu jadi Gubernur DKI. Dia hanya sampah tak berguna !
Bagi kami, seorang pemimpin yang sudah berkali-kali bahkan hampir setiap hari kerjanya hanya menipu rakyat saja, makanya dijuluki Si Glembuk. Di mata kami, sejak pilkada DKI putaran kedua, ketika tim kami di Solo selesai meneliti tentang siapa dan apa Jokowi, tidak ada respek padanya.
Bagi kami Jokowi itu cacat moral, cacat integritas, catat karakter, cacat hukum. Dia hanya (awalnya) sempurna di pencitraan dan OPINI.
Kami tidak tahu sejauh mana effek akun mikro ini menyebarkan virus kebenaran tentang sosok sejati Jokowi yang serba palsu dan menipu itu. Jika akun mikro ini gagal sebarkan virus kebenaran tentang Jokowi ke seantero negeri, mgkin. Maka, satu-satunya jalan mencegah rakyat menjadi korban tipu-tipu Jokowi, jika dia terpilih jadi presiden RI adalah dengan kehadiran Ryamizard.
Sama alasan yang digunakan Megawati untuk menenangkan diri dari kegalauan jika Jokowi menang nanti. Satu-satunya garansi adalah Ryamizard Riyacudu. Upaya asing (konspirasi AS, China, Singapura cs) untuk jadikan Jokowi sebagai presiden lemah & boneka, hanya bisa dicegah dengan wapres Ryamizard. Begitu besar kekuatan yang mendorong &merekayasa Jokowi si glembuk boneka menjadi presiden RI. Belum pernah terjadi pada pilpres sebelumnya.
Idealnya, PDIP mengusung Ryamizard jadi capres, tapi mustahil menang jika kekuatan media, uang dan opini berada di balik cukong Jokowi. Adalah sudah jadi postulat bahwa negara asing, penjahat, mafia, koruptor, konglomerat dll, lebih suka pada pemimpin yang lemah. Mudah didikte.
Itulah kelemahan sistem demokrasi liberal. Tokoh yg menang & jadi pilihan adalah para penipu yang pintar akting, didukung modal, media, asing. Sejak awal sistem demokrasi pancasila berubah menjadi demokrasi liberal (thn 1999), siapa presiden RI ditentukan oleh kekuatan asing. Kami teringat saat Gus Dur dan Megawati bersama-sama matori abdul djalil dan james riady bertemu menlu AS Madeleine Albright di singapore.
Agendanya adalah menentukan siapa presiden RI yang akan dipilih MPR RI. AS sudah ikut campur. Bahkan sampai ke susunan kabinet. Astaghfirullah
Apalagi ketika diubah menjadi sistem pemilihan langsung. Asing, modal, oponi, media, jaringan, teknologi .itu yang menentukan presiden RI. Jadi, kalau tentang siapa presiden RI dari perspektif idealis, kami tdk ragu-ragu tegaskan : Ryamizard Ryacudu. Tapi itu tidak realisitis !
Tidak realistis karena asing casus quo konspirasi global yg dimotori AS, China, Spore dan Australia, presiden RI yang mereka inginkan adalah Jokowi. Jika Jokowi memang benar unstoppable, maka Ryamizard disebelahnya dapat jadi garansi bagi keutuhan, kedaulatan dan kesejahteraan NKRI.
Dalam hal ini, memang masih ada faktor SBY yang kuat dalam strategi. Dengan modal 10 tahun berkuasa, lobi partai republik dan israel, mgkin bisa. Ibarat catur, capres-capres kita hanyalah bidak di papan kotak-kotak. Tergantung siapa yang memainkannya dan pembukaan apa yang disajikannya
Karena NKRI ini sebenarnya belum saatnya berdemokrasi liberal. Sebab :
1. Hukum tdk tegak
2. Kecerdasan rakyat
3. Tingkat kesejahteraan
4.Kemandirian ekonomi,
5. Penguasaan media
6. Ketahanan nasional.
Semua aspek ini masih lemah. Tidak penuhi prasyarat demokrasi liberal. Jadi, kesimpulannya, jika jokowi memang harus mutlak jadi presiden RI, biarlah dia jadi kenderaan buat ryamizard ryacudu membenahi NKRI.
Sumber @TrioMacan2000
Label:
politik
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment