Iklan

Space Iklan Untuk Anda, Harap hubungi Redaksi Volunteer Pencerahan Bangsa untuk info pemasangan Iklan.
Home » » APA MAKNA JOKOWI BAGI RAKYAT ?

APA MAKNA JOKOWI BAGI RAKYAT ?

Written By Unknown on Friday, April 25, 2014 | 4/25/2014 05:45:00 AM


Jokowi diusir dari rumah Megawati Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakpus pada Rabu malam, 9 April 2014 oleh Puan Maharani. Berita tentang pengusiran Jokowi pertama kali dilansir oleh koran berbahasa Inggris The Jakarta Post, dilaporkan oleh Hasyim Widhiarto.
Pengusiran itu berawal dari rapat petinggi PDIP di kediamaan Megawati, membahas hasil QC Pemilu di mana PDIP disebut raih 19% suara

Meski terjadi peningkatan dari 15% di pemilu 2009 lalu, perolehan suara 19% itu, tidak memuaskan mayoritas DPP PDIP, jauh di bawah target. Target yang ditetapkan PDIP adalah min. 27.02% dan maksimal 36%, sesuai janji dan keyakinan Jokowi yang dijamin oleh cukong-cukong cina dibaliknya. Saking pedenya Jokowi dan timnya, dalam setiap ucapannya terkait prediksi hasil pemilu, Jokowi sesumbar bilang akan raih min.30% suara.

Perlu diketahui publik, salah satu pertimbangan Megawati mendukung (bukan menetapkan) Jokowi sebagai capres PDIP adalah jaminan menang besar itu. Kita ketahui, Megawati tgl 1 - 3 Maret sempat 'hilang' dari Indonesia, pergi ke sebuah negara di mana dia bertemu dengan tokoh penting dunia. Tokoh penting yang diduga adalah Bill Clinton (arkansas connection, mantan Presiden AS 2 periode) yang menekan Megawati capreskan Jokowi.

Permintaan Clinton tersebut adalah atas desakan James Riady, sahabat karib Bill Clinton sejak 1986 dan tokoh utama Skandal Lippo di AS. Megawati akhirnya bersedia mendukung pencapresan Jokowi diumumkan sebelum pemilu setelah mendapatkan konsesi-konsesi politk dari sponsor Jokowi. Salah satu konsesi yang diberikan adalah kepastian PDIP akan menang besar dalam pemilu jika Megawati setuju dukung Jokowi. Mega setuju, Sekembalinya ke tanah air, Megawati perintahkan Ketua MPR Sidarto dan Sekjen PDIP Tjahjo Kumolo utk temui Jokowi, sampaikan kesepakatan-kesepakatan.

Ketua MPR Sidarto dan Tjahjo temui Jokowi pada tanggal 7 Maret 2014 jam 7.30 pagi di rumah dinas Jokowi, rapat lanjutan pun digelar, Jika terkait perolehan suara PDI pada pemilu, itu tangung jawab Puan Maharani selaku ketua Bappilu PDIP. Dengan berat hati, Puan akhirnya mengalah. Sebelum kesepakatan dicapai, Puan sudah menyampaikan berbagai opsi terkait prediksi perolehan suara PDIP. Saat itu sampaikan PDIP leading.

Puan telah menyampaikan bahwa tanpa pernyataan dukungan PDIP terhadap pencapresan Jokowi, suara PDIP akan pada kisaran 22-26%
Puan menyampaikan, jika Jokowi didukung terbuka sebagai capres PDIP (bukan ditetapkan resmi), suara PDIP mungkin naik, tapi mungkin juga turun. Suara PDIP mungkin naik, mencapai 36% seperti janji Jokowi, jika opini buatan media-media tentang Jokowi itu benar-benar telah menjadi persepsi publik. Tetapi jika opini media itu hanya bersifat semu, maka hasil pemilu malah menyebabkan suara PDIP turun dengan pencapresan Jokowi.

Pencapresan Jokowi yang terlalu dini itu sangat spekulatif dan dapat menjadikan Jokowi sebagai sasaran tembak, target kecaman rakyat. Sulit diterima akal sehat bila rakyat mau menerima positif pencapresan Jokowi yang sangat prematur karena belum berbuat apa-apa sebagai Gubernur Jakarta.

Argumentasi Puan ini dibantah Jokowi dan timsesnya di dalam rapat beberapa hari sebelum Surat Perintah Harian Megawati dibacakan itu, Jokowi dan timsesnya mengatakan bahwa tim survey mereka selalu rutin melakukan survey setiap minggu dengan berbagai variabel survey. Menurut Jokowi, bila Megawati menetapkan secara resmi pencapresannnya, suara PDIP dijamin Jokowi akan capai 36%, minimal 30%. Namun, jika pencapresan Jokowi hanya dalam bentuk dukungan, Jokowi hanya berani menjamin PDIP raih 27.02%. Itu prediksi minimal, Lalu Jokowi dan timsesnya memaparkan hasil-hasil survey internalnya di depan peserta rapat DPP PDIP. Puan mengalah dan Mega akhirnya setuju.

Megawati setuju memberikan dukungan bukan penetapan kepada Jokowi sebagai capres PDIP. "Jangankan 36%, dapat 25% saja kamu pasti saya dukung" Jokowi berseri-seri, siap kampanye keliling Indonesia, tinggalkan tugas dan kewajibannya selaku Gubernur DKI.Jokowi pikir dia diterima rakyat. Dalam setiap kampanye PDIP yang jarang dihadiri massa melimpah ruah itu, jokowi selalu bilang PDIP pasti menang min 30%, Takabur. Sebaliknya, Puan hanya kampanye dengan target lebih 20% saja, lebih realistis. Megawati kampanye dengan kombinasi realistis dan hiperbolis.

Di depan basis massa seperti Jateng dan Bali, Megawati berani sebut angka > 30% suara, tapi di luar daerah itu, Mega hanya berani > 20%. Akhirnya pemilu usai dan hasil sementara PDIP rontok di 19%. Tidak ada kontribusi Jokowi Effect. Persis saat pilkada2 sebelumnya. Saat Pilkada terutama yang didukung kampanye Jokowi, cagub PDIP rontok semua, termasuk Bali, Jatim, Jabar, Sumut. Jokowi effect ga ngefek.

Hanya Jateng dimenangkan PDIP, itu pun karena cagubnya Ganjar Pranowo adalah kader terbaik PDIP dan Jateng Basis No. 1 PDIP. Jokowi tidak ada guna. Ketika kampanye Pemilu berlangsung, kehadiran Jokowi yang abaikan tugasnya dan ngebet jadi capres ikut kampanye, dijadikan sasaran tembak. Akibatnya, kemuakkan publik terhadap Jokowi berimbas pada suara PDIP. Hasilnya PDIP anjlok di 19%. Apa artinya ?

Artinya PDIP tdk bisa ajukan capres sendiri karena suara kurang. Dengan 19% suara, ada 6% kekurangan sebagai syarat min 25% suara atau 20% kursi. Konstitusi kita menetapkan capres hanya bisa diajukan oleh partai atau gabungan partai dengan suara 25% atau 20% kursi DPR.

Massa tradisional PDIP (soekarnois, marhaenis, nasionalis) adalah di Jateng, Jatim, Bali, yg kursi DPR nya 'mahal'. 1 = > 100.000 suara. Dari hasil 19% itu, kursi DPR yang diraih PDIP maks 87- 90 kursi atau 15-16% saja. Beda dengan Golkar dan PD yang dominan kursi murah. Artinya, PDIP mesti koalisi, artinya tidak ada hak mutlak dalam tetapkan capres - cawapres dan strategi kampanye. Artinya : harus deal-deal lagi. Wajar jika pada rapat Rabu malam 9/4/14 itu suasana muram meliputi wajah semua elit PDIP. Mereka minta penjelasan Jokowi & genknya.

Namun, bukan penjelasan dan permohonan maaf yang diterima peserta rapat, melainkan Jokowi menyalahkan strategi marketing politik PDIP, Itu sama saja dengan mengkambinghitamkan Puan dan Bappilu. Beda dengan janji Jokowi sebelumnya : Min. 27.02% maks 36%. Peserta rapat tidak puas. Alih-alih menjawab ketidakpuasan peserta rapat DPP PDIP di Teuku Umar itu, Jokowi malah nambah menyalahkan caleg dan pemilih ! Jokowi ngeles dengan berdalih banyak pemilih yang tidak tahu bahwa Jokowi capres bukan caleg dan ketika gambar /nama jokowi tidak ada, pemilih kecewa.

Lalu, ditutup Jokowi dengan pernyataan : seharusnya PDIP bersyukur dapat 19% suara, karena itu sudah merupakan prestasi, naik 4% ! Mendengar jawaban Jokowi yang super ngeles itu, peserta rapat protes dan kecam Jokowi, namun dibela kubu nanan (prananda prabowo) Di PDIP memang ada 2 faksi : faksi Puan dan faksi Nanan, atau faksi Puan dan bukan Puan. Faksi Bukan Puan didominasi kubu Nanan. Nanan (Prananda Prabowo) adalah anak kesayangan Mega tapi belum sematang Puan dalam berpolitk. Rasa sayang Mega lebih bersifat subjektif.

Prananda adalah putra kedua Megawati dari Suami pertama, Lettu (Penerbang) Surindro Supjarso, pilot pesawat TNI AU, yg gugur (MIA)” Dari tokoh pahlawan Surindro, Megawati mempunyai dua anak, yaitu Mohammad Rizki Pratama (Tatam) dan Mohammad Prananda (Nanan) Mega sedang mengandung Nanan, ketika Lettu Penerbang Surindro mengalami kecelakaan pesawat. Tapi mayatnya tidak pernah ditemukan (MIA).

Karena itu rasa sayang dan kasih megawati lebih besar kepada Nanan : "Nanan sudah kehilangan ayahnya sebelum dia lahir," ujar Megawati.Lebih jauh kisah keluarga Megawati untold stories dapat disimak disini >> http://t.co/WPjKSaHG4J”
Di sini juga ada kisah menarik untold stories tentang keluarga Megawati dan Nanan (Prananda) http://t.co/bErwUvvMZ7

Kembali ke rapat elit PDIP di Teuku Umar. Debat antara kubu pro jokowi dan pro janji harus ditepati makin panas, mengarah debat kusir, Megawati sejak awal menegaskan tidak akan capreskan Jokowi jika suara PDIP < 25% suara atau < 20% kursi DPR. Jokowi setujui syarat itu. Tapi Jokowi ngotot untuk tetap akan dicapreskan PDIP. Megawati belum bersikap, Puan menolak. Apalagi diluar tim Jokowi menyalahkan Puan.

Tim konsultan media Jokowi mulai buat OPINI menyalahkan Puan, PDIP, caleg, pemilih atau siapa saja yang bisa jadi kambing hitam
Bagi Puan dan Megawati juga, Jokowi jadi capres adalah ancaman besar eksistensi trah sukarno di PDIP. Kayak membesarkan anak macan. Prabowo dan JK sudah terbukti dikhianati Jokowi, rakyat Jakarta juga, bahkan ketua timses Jokowi, Michael Bimo Putranto tidak diakui Jokowi. Bagi Puan dan Mega, hanya menunggu waktu saja untuk ditikam dan dikhianati Jokowi. Bedanya, Mega lebih cerdik manfaatkan situasi, Puan tidak. Puan yang lebih mirip Bung Karno dalam bicara dan bersikap, lebih meledak-ledak dan spontan, dibanding Mega yang lebih diam, kalem & sensitif.

Puan selama ini adalah tokoh PDIP yang paling ditakuti Jokowi karena kata-katanya ketus dan kritiknya tajam ke Jokowi. Puan hantu bagi Jokowi. Puan Rabu malam itu tegas ketika Jokowi super ngeles tidak mau tanggung jawab atas meleset jauh perolehan suara PDIP : " You minggat dari sini !" usir Puan.

Jokowi pun minggat dari kediaman Mega setelah dengar perintah pengusiran dari Puan itu. Mukanya kusut meninggalkan 2 kubu ribut di dalam. Hingga detik ini belum ada penetapan resmi Jokowi sebagai capres dan kemungkinan besar akan dibatalkan Mega, tapi Jokowi tetap manuver kemana-mana. Jokowi bagi mafia cukong cina adalah boneka, bagi Puan adalah Parasit, bagi Megawati adalah alat. Apa makna Jokowi bagi rakyat ?

Sumber @TrioMacan2000
Share this article :

0 komentar:

Post a Comment

 
Creating Website | Volunteer |
Copyright © 2011. Volunteer Pencerahan Bangsa - All Rights Reserved
Creating Website Published by Volunteer